8th Dec, 2017

Character Building: Agama (Kristen)

Pertemuan 1 ( Minggu, 29 Oktober 2017 15:00 – 15:30 ) :

Present : Sion Christian Felia, Wilson Johanes, Okie Hermanto, Alex Ferdinand, Gery Jayakusalo, Chendy Andriensa

Absent : –

Wawancara ini diusungkan dengan tema “Agama, IPTEK, dan Sains” dan dengan judul “Pandangan Agama terhadap Perkembangan IPTEK dan SAINS”. Dan akan dilakukan kepada 3 tokoh agama yang berbeda.

 

Pada awalnya salah seorang dari kelompok kami dekat dengan Pendeta. Sehingga diputuskan untuk menentukan jadwal wawancara via messenger kepada Pendeta.

Photo from Google

Wawancara pertama kami memilih agama Kristen yang bertempatan di Skenoo Hall GBI Emporium Pluit. Tokoh agama pertama yang di wawancara ialah Pastor Antonio Yusuf.

Photo from Google

 

Wawancara pun berlangsung dengan script sebagai berikut :

*Penanya ( Sion Christian Felia ) akan disimbolkan dengan Q dan Pendeta Antonio Yusuf akan disimbolkan dengan A.

Q : Sebelumnya, pastor, boleh sebutkan nama lengkap untuk keperluan dokumentasi?

A : Okay, nama saya Yusuf, Antonio Yusuf. Saya dipercayakan menjadi koordinator dari GBI Emporium Pluit ini di bawah dari sinode GBI Jalan Gatot Subroto di gembalakan Pdt.DR.Ir. Niko Njotorahardjo

Q : Baik, pastor, saya mau tanya. Kira-kira definisi Tuhan itu dalam Agama itu apa sih? Dalam agama Kristen?

A : Jadi begini, Tuhan dalam agama Kristen kalau di dalam Kristen dibilang Tuhan itu adalah Kurios. Kurios itu adalah penguasa tunggal. Penguasa tunggal dari setiap kehidupan kita. Jadi artinya hidup itu bukan milik kita sendiri tapi Tuhan yang memberikannya dan biarlah kita belajar untuk mempercayakan hidup yang sudah diberikan itu kembali kepada tangan Tuhan.

Q : Kemudian, bagaimana pandangan pastor sendiri terhadap perkembangan teknologi dan SAINS?

A : Teknologi dan SAINS adalah 2 hal yang menurut saya tidak dapat dipisahkan. Seiring semajunya dengan SAINS, tentu teknologi akan mengimbangi dan menurut saya pribadi, semuanya itu SAINS dan teknologi diciptakan bertujuan untuk membantu mempermudah kehidupan kita dalam setiap aspek kehidupan.

Q : Kemudian, apakah perkembangan teknologi dan SAINS itu berpengaruh terhadap agama itu sendiri. Apakah mempengaruhi cara orang beribadah, apakah mempengaruhi kepercayaan dari orang itu sendiri?

A : Okay, kalau bicara tentang sisi itu, sebetulnya ada 2 sisi. Orang bisa berkata sama seperti pisau, ada sisi positif, ada sisi negatif. Nah, saya akan bicara tentang 2 hal itu. Sisi positifnya adalah dengan seiring semajunya teknologi dan SAINS, secara hamba Tuhan Kristen, saya bisa berkata pemberitaan firman Tuhan semakin cepat untuk diberitakan sampai ke pelosok-pelosok. Contoh dengan yang adanya internet, YouTube, yang kita tidak bisa masuk dan jangkau secara fisik, bisa kita masuk dan jangkau lewat semua kemajuan teknologi tersebut. Sisi negatifnya,  membuat orang khususnya anak-anak muda berkata begini, “Buat apa guna gereja? Toh gua bisa nonton YouTube, gua bisa nonton Live Streaming.” dan itu yang membuat mereka tidak mau hadir ke gereja. Padahal, alkitab berkata, “Janganlah setiap kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan atau ibadah.” Baik dalam ibadah itu ada yang namanya hadirat Tuhan, ada yang namanya corporate human contact. Jadi seperti itu.

Q : Kemudian, respon dari agama itu sendiri misalnya, seperti kita agama Kristen responnya itu terhadap perkembangan teknologi itu bagaimana? Apakah menganggap dengan ini seperti tadi pastor bilang misalnya lebih gampang, apakah kita harus lebih berhati-hati dalam penggunaannya atau seperti itu?

A : Pendapat pribadi saya, sekali lagi pendapat pribadi saya, kita tidak bisa mencegah perkembangan dari adanya Globalisasi. Kita ga bisa mencegah itu. Tapi, menurut saya itu adalah proses yang sudah, kalau kamu sebagai hamba Tuhan, itu proses yang sudah digariskan Tuhan. Bagian kita, bagaimana mengawal dengan apa yang seiring dengan perkembangan kemajuan SAINS, teknologi, dan Globalisasi itu. Mengawal dalam arti kata begini, mengawal apakah itu dipergunakan untuk kebaikan dan kemajuan dari setiap kita atau sebaliknya dari sisi lain yang bisa membunuh iman kita, kepercayaan kita, dan kasih kita kepada Tuhan. Itu pendapat pribadi. Artinya begini, tadi saya katakan, teknologi itu ada 2 sisi. Ada sisi positif dan sisi negatif. Dan saya secara pribadi adalah bagian dan tugas kita adalah mengawal itu. Memastikan kemajuan teknologi dan SAINS itu yang Tuhan sudah gariskan adalah kita mengawal agar itu dipakai untuk kemuliaan Tuhan dan untuk bisa membantu menyebarkan kabar baik dan begitu banyak orang yang terima kabar baik bisa diselamatkan.

Q : Seiring berkembangnya teknologi dan SAINS, orang percaya memang seperti kata pastor tadi merupakan sebuah anugerah dari Tuhan. Tapi juga ada orang-orang yang akhirnya berpikir, “Oke, kita sudah punya teknologi, kita udah punya SAINS sehingga semuanya harus bisa dijelaskan secara ilmiah.” Sedangkan, dalam agama kita itu terkadang Tuhan tidak bisa dijelaskan secara ilmiah. Seperti sebagai contoh, Allah Tritunggal atau Allah hadir di semua tempat, sedangkan kita percaya 1 Tuhan. Atau terkadang akhirnya juga ada orang berpendapat, “Okay, saya ga percaya dengan eksistensinya Tuhan karena, Tuhan tidak bisa dijelaskan secara ilmiah.” Bagaimana cara kita harus merespon terhadap mereka?

A : Kalau saya, kalau kamu tanya saya sebagai hamba Tuhan, tugas saya adalah memberikan mereka pengertian. Contoh, banyak yang berpikir secara SAINS, mereka harus, “Tuhan itu bisa dijelaskan secara tangible, karena Tuhan itu abstrak. Saya mau Tuhan itu tangible. Jelas, nyata bentuknya, oke ini handphone, ini cangkir.” Bagian saya adalah kalau dihadapkan seperti itu, menurut saya kita adalah memberikan mereka pengertian. Ingat, bahwa tadi saya katakan, Tuhan adalah penguasa tunggal dari hidup kita. Kita ini ada, karena Tuhan. Kalau ditanya, “Emang yakin lo ada Tuhan?” Pasti anak-anak muda disini pernah nonton beberapa ilustrasi, contohnya, ada seorang professor yang berkata “Kalau memang Tuhan ada, buktikan. Tunjukkan sama saya bukti nyata dari Tuhan itu apa.” pertanyaan itu dikembalikan. “Saya ga percaya professor itu punya otak. Kalau professor punya otak, tunjukkan sama saya sekarang mana bentuk otak professor itu.” apakah professor itu bisa menunjukkan bentuk otaknya itu seperti apa? Tidak. Tetapi dia bisa rasakan, otaknya sedang bekerja. Kalau saya mau tanya, saya pukul kamu. Contoh, saya pukul. Jelaskan sama saya bentuk rasa sakit tadi. Gamparan saya tadi. Bisa? Tidak! Saya cuma merasakan sakit. Tapi jelaskan secara ilmiah bentuk abstrak dari sakit itu. Hal yang sama. Saya ga bisa menjelaskan secara abstrak kehadiran Tuhan seperti apa. Tapi, begitu banyak orang dalam gereja bisa tahu Tuhan hadir. Jadi bagian kita adalah memberikan pengertian. Tuhan itu tidak selalu tangible. Hadir dalam bentuk yang nyata bisa dirasakan. Bentuk nyata benda padat. Tapi, yakinlah bahwa Tuhan itu ada. Begitu.

Q : Kemudian, tadi kata pastor kita harus mengawal perkembangan teknologi itu. Apa peran kita dalam agama untuk mengawal itu sebagai contoh langkah apa yang harus kita lakukan, bagaimana?

A : Buat saya, agama atau kepercayaan itu adalah harus menjadi benteng pertahanan yang kokoh untuk arus globalisasi tersebut. Dan langkah kongkritnya menurut saya adalah :

  1. Kasih mereka pengertian
  2. Bukan cuma 1 minggu 1x, tapi that’s why di tempat ini di gereja kita ada yang namanya komsel, cell group, cell group itu bertujuan dengan kelompok kecil ini kita bisa membagi hidup. Kalau tadi ibadah raya besar, sekian ratus orang, sekian ribu orang, mungkin hanya komunikasi 1 arah. Tapi kalau dalam group yang lebih kecil, ada family cell, ada cell group dalam kelompok yang cuma 7-8 orang, kita bisa memberikan pengertian yang lebih dalam dan biarlah agama atau pengertian itu adalah benteng yang akan mengawal dari kemajuan teknologi ini digunakan untuk hal-hal yang positif.

Q : Untuk menanggulangi dampak buruk dari teknologi itu sendiri, apa peran agama selain dari membentengi. Misalkan, kalau benteng itu kan berarti ada dampak buruk dan kita harus melindungi anak-anak misalnya mungkin masih muda dari serangan dampak buruk teknologi itu. Tapi, apakah ada peran agama yang lain sebagai contoh, untuk memerangi dampak buruk dari teknologi itu?

A : Kalau dikatakan tindakan konkrit, kami tidak pernah “melarang”. Contoh, misalkan ada banyak film-film horror atau film-film yang mengumbar nafsu. Secara, kami ga bilang “Eh, ga boleh nonton” kami ga sebut judul film misalkan, tapi seperti tadi saya katakan langkah konkrit kami adalah, kami memberikan pengertian. Contoh, begitu banyak misalkan film, contoh kasus, film horror, kita memberikan background bagaimana ada 1 jemaat kami terlibat dalam proses tersebut, kami memberitahu bahwa film ini dibuat dengan ritual khusus yang dengan kuasa gelap dan ada manifestnya, kita juga memberikan pengertian sekali lagi. The option, the choices, still on their hands. Masih di tangan mereka. Kami sebagai rohaniwan, hanya bisa mengawal, memberikan pengertian, berdoa untuk mereka, dan agar mereka punya pengertian yang benar tentang mana jalan yang benar yang harus mereka tempuh di hari-hari terakhir ini.

Begitulah wawancara kelompok kami dengan Pendeta Antonio Yusuf yang telah dirangkai berbentuk dialog ini. Dari hal di atas kita dapat mengetahui jawaban-jawaban yang begitu penuh dengan penjelasan detail sehingga dapat langsung dipahami.

Photo by Staff

The option, the choices, still on their hands

~ Antonio Yusuf

Leave a response

Your response:

Categories